Karamah Wali dan Jalan Istiqamah

Dalam ajaran Islam, terdapat konsep penting yang dikenal sebagai karomah, yakni kejadian luar biasa yang dialami oleh para wali Allah. Namun, tidak semua orang yang mengalami hal gaib atau supranatural otomatis bisa disebut wali. Maka penting untuk memahami secara benar bagaimana Islam memandang karomah dan siapa itu wali Allah.

Siapa Itu Wali Allah?

Wali Allah adalah orang yang beriman dan bertakwa. Hal ini ditegaskan dalam QS. Yunus ayat 62-63:

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”

Jadi, bukan kesaktian yang menjadi standar kewalian, tetapi iman dan takwa. Bahkan jika seseorang tidak memiliki kesaktian apa pun, selama ia istiqamah dalam keimanan dan ketaatan, maka ia bisa menjadi wali Allah.

Memahami Karomah Secara Seimbang

Ada tiga sikap yang berkembang di tengah masyarakat terkait karomah:

  1. Menolak karomah sepenuhnya, seperti kaum filsafat dan liberal yang menolak hal-hal gaib karena tak sesuai akal.
  2. Berlebihan terhadap karomah, seperti sebagian sufi yang menganggap semua kesaktian sebagai karomah, bahkan sihir pun dibungkus seolah-olah karomah.
  3. Sikap pertengahan, yakni Ahlus Sunnah wal Jamaah yang meyakini karomah sebagai bagian dari aqidah, tetapi tetap berada dalam koridor dalil dan akidah yang lurus.

Karakteristik Karomah

Ustadz Ammi menyebutkan beberapa karakter penting dari karomah:

Tidak bisa dipelajari, berbeda dengan sihir yang bisa dipelajari.
Terjadi di luar kendali manusia, bukan karena keahlian atau warisan.
Tidak bisa ditransaksikan atau dijualbelikan.
Tidak diwariskan, bahkan mukjizat nabi pun tidak diwariskan ke anak keturunannya.

Contoh Karomah dalam Al-Qur’an dan Hadits

Beberapa kisah karomah dalam Al-Qur’an antara lain:

Maryam yang mendapatkan makanan di mihrab tanpa ada yang mengantar, di luar musimnya.

Surat Ali Imran ayat 37

“Setiap kali Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab, ia mendapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, ‘Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?’ Maryam menjawab, ‘Ini dari Allah.’”

Surat Al-Kahfi ayat 9–26
Ashabul Kahfi yang tertidur selama 309 tahun tanpa rusak tubuh mereka.

Hadits Shahih Muslim No. 1327
و حَدَّثَنِي حَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ وَحَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِرِ وَتَقَارَبَا فِي اللَّفْظِ قَالَا حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ الْهَادِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ خَبَّابٍ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ أُسَيْدَ بْنَ حُضَيْرٍ بَيْنَمَا هُوَ لَيْلَةً يَقْرَأُ فِي مِرْبَدِهِ إِذْ جَالَتْ فَرَسُهُ فَقَرَأَ ثُمَّ جَالَتْ أُخْرَى فَقَرَأَ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا قَالَ أُسَيْدٌ فَخَشِيتُ أَنْ تَطَأَ يَحْيَى فَقُمْتُ إِلَيْهَا فَإِذَا مِثْلُ الظُّلَّةِ فَوْقَ رَأْسِي فِيهَا أَمْثَالُ السُّرُجِ عَرَجَتْ فِي الْجَوِّ حَتَّى مَا أَرَاهَا قَالَ فَغَدَوْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَيْنَمَا أَنَا الْبَارِحَةَ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ أَقْرَأُ فِي مِرْبَدِي إِذْ جَالَتْ فَرَسِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَقَرَأْتُ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَقَرَأْتُ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَانْصَرَفْتُ وَكَانَ يَحْيَى قَرِيبًا مِنْهَا خَشِيتُ أَنْ تَطَأَهُ فَرَأَيْتُ مِثْلَ الظُّلَّةِ فِيهَا أَمْثَالُ السُّرُجِ عَرَجَتْ فِي الْجَوِّ حَتَّى مَا أَرَاهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ

Dan telah menceritakan kepadaku Hasan bin Ali Al Hulwani dan Hajjaj bin Asy Sya’ir -kedua lafazhnya hampir sama- keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Yazid bin Al Hadi bahwa Abdullah bin Khabbab telah menceritakan kepadanya bahwa Abu Sa’id Al Khudri telah menceritakan kepadanya bahwasanya; Pada suatu malam, Usaid bin Hudlair membaca (surat Al Kahfi) di tempat penambatan kudanya. Tiba-tiba kudanya meloncat, ia membaca lagi, dan kuda itupun meloncat lagi. Kemudian ia membaca lagi, dan kuda itu meloncat kembali. Usaid berkata, “Saya khawatir kuda itu akan menginjak Yahya, maka aku pun berdiri ke arahnya. Ternyata (aku melihat) sepertinya ada Zhullah (sesuatu yang menaungi) di atas kepalaku, di dalamnya terdapat cahaya yang menjulang ke angkasa hingga aku tidak lagi melihatnya. Maka pada pagi harinya, aku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, semalam saya membaca (Al Qur`an) di tempat penambatan kudaku namun tiba-tiba kudaku meloncat.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Kemudian aku pun membacanya lagi, dan kuda itu juga meloncat kembali. Beliau bersabda: “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Kemudian aku pun membacanya lagi, dan kuda itu juga meloncat kembali. Beliau bersabda lagi, “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Ibnu Hudlair berkata; Maka sesudah itu, akhirnya saya beranjak. Saat itu Yahya dekat dengan kuda, maka saya khawatir kuda itu akan menginjaknya. Kemudian saya melihat sesuatu seperti Zhullah (sesuatu yang menaungi) yang di dalamnya terdapat cahaya yang naik ke atas angkasa hingga saya tidak lagi melihatnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Itu adalah Malaikat yang sedang menyimak bacaanmu, sekiranya kamu terus membaca, niscaya pada pagi harinya manusia akan melihatnya dan Malaikat itu tidak bisa menutup diri dari pandangan mereka.”

Semua ini menunjukkan bahwa karomah adalah anugerah, bukan hasil pencapaian.

Karamah Tertinggi: Istiqamah

Yang paling ditekankan oleh para ulama adalah bahwa karomah tertinggi bukanlah kemampuan luar biasa, tapi kemampuan untuk tetap teguh di atas kebenaran dan syariat Allah. Seorang wali sejati tidak sibuk mencari keajaiban, melainkan sibuk menjaga keimanan dan amalnya agar terus lurus di jalan Allah.

Ada sebuah nasehat yang bagus dari seorang Ulama:

“Jadilah engkau orang yang mengejar istiqamah, bukan pencari karomah. Karena jiwamu mencari keajaiban, sedangkan Rabbmu menuntutmu istiqamah.”

Penutup

Karomah bukan tujuan, dan bukan pula ukuran kemuliaan seorang hamba. Justru karomah sering kali diberikan oleh Allah sebagai bentuk pertolongan di saat darurat, atau penguat iman ketika seseorang dalam kondisi tertekan. Namun yang utama adalah bagaimana seorang hamba senantiasa menjaga hatinya agar tetap istiqamah.