Dalam kehidupan seorang muslim, tidak ada istilah “tidak ada kerjaan”. Setiap detik adalah kesempatan untuk mendekat kepada Allah, memperbaiki diri, dan memberi manfaat. Sayangnya, di era digital saat ini, waktu kosong lebih sering menjadi pintu maksiat dibanding ladang pahala.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu olehnya: kesehatan dan waktu luang.”
> (HR. Bukhari)
Menganggur bukan hanya soal tidak punya pekerjaan, tetapi lebih dalam: tidak adanya arah, aktivitas, dan kesibukan yang bernilai. Bahkan saat duduk santai, manusia tetap bisa memilih: zikir atau scroll media sosial tanpa arah. Mengisi kekosongan dengan manfaat atau membiarkannya tergerus sia-sia.
📱 Era Gadget: Waktu Kosong Berubah Jadi Bahaya
Dulu, orang harus mencari kemaksiatan. Kini, dengan gadget di genggaman, maksiat mencari kita. Waktu-waktu kosong, entah di toilet, kasur, atau tempat kerja, bisa dengan cepat berubah menjadi ruang bagi syahwat, gosip, kemalasan, dan lalai dari zikir.
Ulama di masa lalu begitu serius memanfaatkan waktu, bahkan saat ke toilet. Mereka mendengarkan bacaan kitab dari luar untuk tetap menyerap ilmu. Hari ini? Banyak dari kita justru menjadikan toilet tempat favorit untuk nge-game.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
> “Jika kamu tidak menyibukkan dirimu dengan kebaikan, maka ia akan menyibukkanmu dengan kebatilan.”
🕰️ Waktu adalah Amanah, Bukan Ruang Kosong
Para salafus shalih sangat membenci waktu kosong. Abdullah bin Mas’ud berkata:
> “Aku sangat tidak suka melihat seseorang yang tidak sibuk dengan urusan dunia maupun akhirat.”
Orang yang membiarkan harinya tanpa amal baik disebut “mendurhakai harinya”. Karena waktu, sebagaimana nyawa, tidak akan kembali. Maka siapa yang hari ini sama dengan kemarin, ia termasuk orang yang rugi. Dan siapa yang lebih buruk dari kemarin, ia celaka.
🔄 Cara Memanfaatkan Waktu Kosong
Tidak semua aktivitas harus berat. Bahkan duduk pun bisa menjadi ibadah jika dilakukan dengan:
Zikir: Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah…
Tilawah: Membaca satu ayat lebih baik daripada tidak sama sekali.
Belajar: Baca buku, catat poin penting.
Refleksi diri: Menulis jurnal, mengingat dosa, memohon ampunan.
Sebaliknya, waktu kosong yang tidak terisi amal baik sangat mungkin diisi oleh setan.
✍️ Penutup: Mari Kita Lawan “Nganggur”
Waktu bukan hanya emas. Ia lebih mahal dari emas. Karena waktu tidak bisa dibeli kembali. Maka jangan biarkan waktu kosong berlalu tanpa nilai.
Bukan soal kita bekerja di kantor atau tidak. Bukan soal punya proyek besar atau tidak. Tapi soal bagaimana kita menyibukkan diri dengan hal yang dicintai Allah. Di jalan, di rumah, di tempat kerja, bahkan di tengah malam saat tak bisa tidur – itu semua adalah ladang pahala, jika kita tidak membiarkannya kosong.
Jangan biarkan dirimu nganggur. Karena setan sangat suka dengan waktu kosong.