Utang Indonesia Mampu Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, benarkah?

Ibu Sri Mulyani mengatakan utang Indonesia mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang kemudian dipaparkan di anggota dewan di DPR yang logikanya sampai saat ini belum bisa dipahami oleh ekonom. ini cara menghitungkannya digatuk gatukkan atau bagaimana? beliau memberi contoh logikanya dimana selama periode 2018-2022, utang Indoensia naik 206,5 Milliar Dollar AS, dan Ekonomi (PDB) nominal naik 276,1 Milliar Dollar AS atau sekitar Rp. 4751 Triliun. Lalu Sri Mulyani mengatakan, setiap 1 Dolar AS tambahan utang membuat ekonomi naik 1,34 dolar AS atau perhitungannya adalah dari $276,1 Milyar dibanding 206,5 miliar dolar AS. Pernyataan Sri Mulyani ini, secara eksplisit mengataan bahwa utang merupakan satu satunya faktor yang membuat perekonomian Indonesia naik: semua pertumbuhan ekonomi yang sebesar 276,1 Miliar dollar AS itu disebabkan oleh tambahan utang 260,5 Miliar Dolar AS. Dimana seolah olah faktor atau variabel lain, seperti konsumsi rumah tangga, domestic consumption seperti investasi tentunya oleh swasta, menjadi tidak berberan sama sekali, alias nihil dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. tentu saja, pernyataan sri mulyani seperti ini tidak benar, penggiringan opini pada permainan angka biar bisa terlihat tumbuh begitu, hal itu tidak benar sama saja dengan mengentaskan pengangguran yang dilakukan dengan menghilangkan satu data pembagi ini tidak benar.

Penggiringan opini pada permainan angka biar bisa terlihat tumbuh begitu hal itu tidak benar. Sama saja dengan mengentaskan pengangguran yang dilakukan dengan menghilangkan satu data pembagi. Misalnya pengangguran saat ini ada sepuluh juta orang. Lalu faktor PAK Ogah, di mana mereka DIANGGAP ADA PENDAPATAN DAN HITUNG sebagai MANUSIA yang memiliki pendapatan JUGA. Misalnya TUKANG parkir ILEGAL DIANGGAP ORANG YANG punya pendapatan di mana dulu mereka termasuk pengangguran. Namun sekarang dinyatakan mereka tidak pengangguran lagi karena punya pendapatan. Jadi faktor pembaginya berkurang, diubah tepatnya. Ya terang aja angka pengangguran jadi terlihat sehat. Dari sepuluh juta orang jadi sembilan juta orang turun penganggurannya. Hebat pemerintahannya itu dilihat berhasil ya terang aja cuman angka. Namun adakah lapangan pekerjaan baru yang diciptakan? Ya tentu tidak. Demikian juga MENGANGGAP bahwa hutang lah yang buat ekonomi Indonesia maju. Hutang satu dapat satu koma tiga empat. Itu logika yang menyesatkan karena tidak ada lapangan pekerjaan baru yang ternyata dihasilkan.

Hal ini bisa bermakna membodohi Publik dan membohongi anggota Banggar DPR secara langsung karena seolah olah pertumbuhan ekonomi hanya bersumber dari utang seolah olah tanpa hutang ada pertumbuhan ekonomi. Padahal faktanya sebagian besar pertumbuhan ekonomi bersumber dari konsumsi rumah tangga dan investasi dari net ekspor impor, misalnya dengan kontribusi masing masing 3, 9,8%, 19,1% dan 18,2% untuk periode 2018 2022 itu enggak dihitung apa? Sedangkan sumber pertumbuhan ekonomi dari konsumsi pemerintah aslinya itu hanya 3,5% atau 168,2 triliun dari total pertumbuhan ekonomi.

Sebesar 4751 triliun dengan konsumsi pemerintahan sebesar 168,2 triliun dan kenaikan ekonomi 4791 triliun itu jadinya kenaikan Rp 1 Konsumsi pemerintah buat naik sekitar 27,2 gitu ya yang enggak lah gitu ngitungnya yang 4751 triliun itu dari berbagai unsur yang tidak ada hubungannya dengan utang pemerintah mungkin lah.

Ada hubungannya dengan utang pemerintah mungkin 80% nggak ada hubungannya. Pernyataan pernyataan dengan logika seperti itu bisa sangat menyesatkan jika tidak dijelaskan lebih lanjut karena banyak faktor lain yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi seperti konsumsi rumah tangga, investasi, dan net ekspor, misalnya mengikuti logika dari pernyataan Sri Mulyani di rapat bersama Banggar DPR beberapa waktu itu. Hal ini harus diklarifikasi lagi. Oleh karena itu, Banggar DPR harus memanggil Sri Mulyani untuk menjelaskan bagaimana cara kerja ekonominya atau model ekonominya dia yang dimaksud olehnya apa bahwa setiap x tambahan utang dapat membuat ekonomi naik y yang sekaligus memberi notasi dan persamaan model matematikanya di mana selama ini kita semua tambah utang yang diambil pemerintah kebanyakan bukan utang produktif yang bisa membuat pertumbuhan ekonomi. Jadi bagaimana bisa hutang yang selama ini dilakukan merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia? Apa ini hanya upaya agar masyarakat digiring opininya bahwa hutang pemerintah yang hampir 8000 triliun adalah baik dan benar karena menemukan ekonomi gitu ya?

Ini perlu penjelasan lebih lanjut agar tidak terkesan membohongi publik dan Banggar DPR. Konsekuensinya berat loh bisa diberhentikan dari semua jabatan publik. Bagaimana ibu Sri Mulyani mengartikan data tersebut? Semoga ibu dapat menjelaskan dan mempertanggungjawabkan pertanyaan yang di Banggar ditunggu lo peace.

Repost tulisan bossman mardigu wowiek